MAKASSAR | SUARAHAM – Turnamen biliar yang digelar di Dragon and Café, Jalan Gunung Bawakaraeng No. 80, Makassar, pada 13–15 April 2025, diwarnai insiden yang menuai protes dari beberapa peserta.
Turnamen ini menarik ratusan peserta dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan, namun pelaksanaannya justru memicu kekecewaan.
Mustang, yang bertindak sebagai panitia sekaligus penanggung jawab turnamen, saat di konfirmasi suaraham.com menjelaskan bahwa kompetisi ini menerapkan sistem gugur.
Namun, dalam pelaksanaannya, beberapa peserta yang telah kalah diberi kesempatan bermain kembali sebanyak dua hingga tiga kali.
Hal ini menimbulkan ketidakpuasan dari beberapa peserta yang merasa diperlakukan tidak adil.
“Saya kalah dan tidak diberi kesempatan bermain lagi. Tapi peserta lain yang juga kalah bisa main lagi. Ini jelas tidak sesuai dengan aturan awal,” ujar salah satu peserta yang enggan disebutkan namanya.
Panitia berdalih bahwa sistem ini diberlakukan untuk memberikan kesempatan lebih kepada peserta dari luar kota.
“Tidak apa-apa, semua orang diberi kesempatan. Apalagi kalau dari luar daerah, mereka sudah jauh-jauh datang, jadi kami beri ruang untuk bermain lagi,” kata Mustang.
Lebih lanjut, Mustang mengungkapkan bahwa satu peserta dari Balikpapan bahkan didiskualifikasi karena event ini dikhususkan untuk peserta dari Sulawesi Selatan.
“Kami khawatir event ini jadi tidak kondusif, jadi kami putuskan hanya peserta lokal yang bisa ikut,” jelasnya.
Turnamen ini sendiri memperebutkan hadiah menarik berupa uang tunai, trofi, dan suvenir. Rinciannya, juara 1 mendapat Rp10 juta, juara 2 sebesar Rp4 juta, juara 3 dan 4 masing-masing Rp2 juta, serta hadiah hiburan untuk peringkat hingga juara 8.
Meski turnamen ini disambut antusias oleh peserta, kontroversi seputar sistem pertandingan membuat sebagian peserta merasa kecewa dan mempertanyakan profesionalitas panitia.